Home » , » SINAR YANG MEREDUP : Sahabat

SINAR YANG MEREDUP : Sahabat


                Saat itu emosiku sedang naik, aku hampir tidak bisa mengendalikan pikiranku. Karena yang ada dalam pikiranku saat itu hanya ingin memukul nya.  Kejadian waktu itu adalah peristiwa yang membuatku terus berpikir, kenapa aku bisa menjadi seperti itu.
                Aku marah kepada orang itu, aku sangat ini benci pada orang itu. Padahal hanya karena masalah yang mungkin bisa dibilang sepele. Perlu diketahui orang itu sebenarnya adalah sahabatku, sahabatku yang terbaik. Dulu kami bertemu pada saat aku masuk taman kanak-kanak, kami saling bersapa layaknya anak kecil. Saat kami berkenalan, aku merasa akan memiliki kehidupan yang menyenangkan. Aku ingat ketika kami sudah berkenalan aku masih sering memanggil sahabatku dengan sebutan “hey”. Karena aku selalu mengatakan “hey” kepada temanku, aku dimarahi oleh orangtuaku. Orangtuaku bilang semua orang mempunyai nama, anakku kau sudah tau namanya, panggil dia dengan semestinya. Jangan memanggil lagi temanmu dengan sebutan hey, tidak sopan.
                Yaa, namanya juga  masih anak-anak di dalam benakku kini yang sudah berada di jenjang SMP. Begitulah anak kecil, aku ingat ketika aku sangat egois kepada temanku. Dulu kami senang sekali memainkan robot-robotan, dan kami sering menghayal tentang robot tersebut. Seakan-akan robot itu hidup, mempunyai kemampuan, bisa berbicara, dan lain sebagainya. Setiap orang memiliki khayalan nya masing-masing, kami bermain bersama teman-teman lainnya. Ketika ada temanku yang menjalankan robot nya tidak sesuai keinginanku, saat itu aku memarahi temanku karena jalan cerita nya bukan seperti itu.  Aku membentaknya, memarahinya, dan mengolok-oloknya. Tapi temanku tersebut tidak tinggal diam, ia membalas olokanku dengan jawaban “hey! Biarin dong suka-suka aku. Ini kan robot aku, ya gimana aku aja. Setiap orang kan punya pikiran yang berbeda”. Yep begitulah kira-kira perkataan yang temanku keluarkan. Anehnya, yang tadinya aku memarahi, membentak, dan mengolok-oloknya malah saat itu aku yang menangis. Dulu aku sangat menghormati anak yang usianya berada diatasku, walaupun hanya beda satu bulan atau dua bulan. Karena itu, aku suka menangis jika dibentak oleh orang yang lebih tua dariku.
                Kembali lagi pada sahabatku, sejak TK sampai sekarang SMP aku selalu bersama dengan sahabatku itu. Di sekolah dasar pun sama, aku selalu bermain dengan sahabatku itu. Bercanda bersama, kemana-mana bersama, pulang dan pergi sekolah pun sama-sama. Dulu saat SD aku termasuk orang yang aktif dan suka bertanya. Terutama pada saat aku kelas 1 SD. Wih ampun bukan main. Jika kupikir kembali, sifatku yang dulu sangat jauh berbeda dengan yang sekarang. Sepertinya aku lebih pendiam. Di SD, aku sering dipercayai menjadi ketua kelas. Suatu kehormatan bagiku. Akan tetapi setiap tahunnya selalu saja ada permasalahan yang menyebabka aku selalu diganti oleh orang lain pada masa jabatanku. Misalnya sakit keras, dulu aku pernah terkena penyakit tipes yang membuatku tidak sekolah selama 2 minggu dan sempat dirawat di rumah sakit. Faktornya karena aku kelelahan dalam aktifitas sehari-hari, tenaga berkurang sementara asupan gizi tidak masuk. Istilah lainnya dulu makanku itu jelek, setiap aku makan sedikit sekali. Saat aku sakit dan dirawat di rumah sakit, rasanya itu sangant menyebalkan. Aku tidak bisa bermain, bertemu dengan teman-temanku disekolah, dan masih banyak lainnya. Tapi aku sempat berpikir di rumah sakit enak juga. Enak nya mungkin gara-gara makanan di rumah sakit itu bisa dibilang nikmat-nikmat, nikmat banget deh untuk usiaku pada saat itu. Dan saat aku makan pun jadwal nya teratur. Aku tidak perlu datang untuk membawa makanan, semua serba diambilkan oleh suster disana. Yep, itu hanya pemikiran sesaat. Walau bagaimanapun aku ingin sekali pulang.
                Saat kelulusan kelas 6 SD, acaranya sangat meriah sekali. Acara itu tidak bisa aku lupakan. Karena acara itu adalah acara yang paling berkesan dalam hidupku pada waktu itu. Diakhir acara kami saling ber-Muhasabah  bersama guru dan murid-murid se-angkatan. Pada saat itu aku tidak terlalu merasakan kesedihan yang terlalu dalam. Alasannya mudah, masih anak kecil.
                Tak kusangka aku bisa masuk ke SMP yang bisa dibilang ‘hanya coba-coba’. Yep awalnya aku masuk ke SMP hanya coba-coba saja, karena aku bingung mau ke SMP yang mana. Disaat aku bingung temanku menyarankan agar aku masuk ke SMP yang ia inginkan. Aku menyetujuinya karena ia sahabatku, jadi ketika aku bertemu dengan orang-orang baru aku tidak terlalu malu. Karena masih ada sahabatku yang bisa aku kenal. Tiga tahun kulalui bersama, ada canda tawa, sedih, dan perasaan lainnya. Di SMP, aku bisa merasakan arti hidup. SMP yang masuki ini adalah SMP yang luar biasa baiknya, mengajarkan aku agar lebih dekat dan selalu bersyukur ke Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Hanya saja ada kendala saat aku berada pada kelas 2 SMP, aku bermusuhan dengan temanku hanya karena masalah sepele. Aku termasuk orang yang suka mengolok-olok, tapi aku tidak suka diolok-olok. Ya semua orang juga begitu, akan tetapi banyak juga orang yang diolok-olok itu sudah terbiasa menerima olokannya dan malah ada juga yang diolok-olok itu tertawa saat ia diejek. Orang itu bisa tetap membuat suasana hatinya tetap tenang walaupun ia diejek. Berbeda denganku, aku tidak terbiasa dengan ejekan. Sekalinya diejek aku langsung marah. Penyebab aku bermusuhan dengan temanku adalah aku pernah diolok sekali oleh sahabatku itu. Dan entah mengapa, setelah aku diejek aku menjadi jijik dengan sahabatku. Saat ia menyapaku, aku tidak membalasnya. Begitu juga saat dia mendekatiku, aku langsung pergi begitu saja. Satu tahun berlalu dan mendekati kelulusan SMP. Aku masih jijik dengan sahabatku itu. Akan tetapi selalu terpikirkan olehku untuk berteman lagi dengan sahabatku. Aku berpikir sebenarnya masalah ini datang pada diriku sendiri yang egois dan mudah marah. Sebenarnya tinggal meminta maaf juga masalah nya beres. Hanya saja gengsi dong, aku berpikir temanku itulah yang membuat kesalahan. Jadi jika mau ada acara maaf-maafan, harus dia dulu yang meminta maaf. Sebenarnya aku bisa memaafkannya jikalu dia minta maaf duluan padaku, tapi dia tidak sadar-sadar. Akhirnya aku dan temanku dipanggil oleh guru yang bersangkutan, entah mengapa guruku bisa mengetahui permasalahanku dengan temanku itu. Singkat cerita kami akhirnya saling bermaafan walaupun pada akhirnya aku sendiri yang meminta maaf duluan.
                Kejadian selama 1 tahun tersebut, bermusuhan dengan sahabatku itu adalah beban yang paling berat dalam hidupku.  Akan tetapi setelah kami bermaafan, beban itu hilang dengan sendirinya entah kemana. Kita hanya hidup di dunia satu kali, oleh karena itu jangan sia-siakan hidupmu. Perlu kita ketahui, di dalam Hadits pun sudah diriwayatkan. Kita hanya diberi toleransi tiga hari dalam bermusuhan, jika dalam tiga hari kita tidak saling memaafkan maka Allah akan memberikan dosa yang besar bagi kita. Jangan pernah menjadi orang sepertiku, membuat sahabatku menjadi musuh. Akibat dari permusuhan itu adalah bisa memutuskan tali silaturahmi. Dan jika tali silaturahmi putus, maka kita dijamin akan masuk ke neraka. Semoga Allah selalu menjaga tali silaturahmi sesama umat muslim, Amiin..
               
“Di saat kita sudah menemukan cahaya yang menyinari hidup kita, jangan berhenti untuk mencari cahaya tersebut. Temukan lagi cahaya yang lebih bersinar. Karena secerah-cerahnya cahaya jika tidak diurus dengan baik pasti akan meredup dengan sendirinya” - FrozenAuroraXR

0 comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar, Bebas tapi Sopan ^_^

Search

FeedLangganan Artikel Terbaru via Email

» Check your email for confirmation !