Saat itu emosiku sedang naik,
aku hampir tidak bisa mengendalikan pikiranku. Karena yang ada dalam pikiranku
saat itu hanya ingin memukul nya.
Kejadian waktu itu adalah peristiwa yang membuatku terus berpikir, kenapa
aku bisa menjadi seperti itu.
Aku marah kepada orang itu, aku
sangat ini benci pada orang itu. Padahal hanya karena masalah yang mungkin bisa
dibilang sepele. Perlu diketahui orang itu sebenarnya adalah sahabatku,
sahabatku yang terbaik. Dulu kami bertemu pada saat aku masuk taman
kanak-kanak, kami saling bersapa layaknya anak kecil. Saat kami berkenalan, aku
merasa akan memiliki kehidupan yang menyenangkan. Aku ingat ketika kami sudah
berkenalan aku masih sering memanggil sahabatku dengan sebutan “hey”. Karena aku selalu mengatakan
“hey” kepada temanku, aku dimarahi oleh orangtuaku. Orangtuaku bilang semua
orang mempunyai nama, anakku kau sudah tau namanya, panggil dia dengan
semestinya. Jangan memanggil lagi temanmu dengan sebutan hey, tidak sopan.
Yaa, namanya juga masih anak-anak di dalam benakku kini yang
sudah berada di jenjang SMP. Begitulah anak kecil, aku ingat ketika aku sangat
egois kepada temanku. Dulu kami senang sekali memainkan robot-robotan, dan kami
sering menghayal tentang robot tersebut. Seakan-akan robot itu hidup, mempunyai
kemampuan, bisa berbicara, dan lain sebagainya. Setiap orang memiliki khayalan
nya masing-masing, kami bermain bersama teman-teman lainnya. Ketika ada temanku
yang menjalankan robot nya tidak sesuai keinginanku, saat itu aku memarahi
temanku karena jalan cerita nya bukan seperti itu. Aku membentaknya, memarahinya, dan
mengolok-oloknya. Tapi temanku tersebut tidak tinggal diam, ia membalas
olokanku dengan jawaban “hey! Biarin dong suka-suka aku. Ini kan robot aku, ya
gimana aku aja. Setiap orang kan punya pikiran yang berbeda”. Yep begitulah
kira-kira perkataan yang temanku keluarkan. Anehnya, yang tadinya aku memarahi,
membentak, dan mengolok-oloknya malah saat itu aku yang menangis. Dulu aku
sangat menghormati anak yang usianya berada diatasku, walaupun hanya beda satu
bulan atau dua bulan. Karena itu, aku suka menangis jika dibentak oleh orang
yang lebih tua dariku.
Kembali lagi pada sahabatku,
sejak TK sampai sekarang SMP aku selalu bersama dengan sahabatku itu. Di sekolah
dasar pun sama, aku selalu bermain dengan sahabatku itu. Bercanda bersama,
kemana-mana bersama, pulang dan pergi sekolah pun sama-sama. Dulu saat SD aku
termasuk orang yang aktif dan suka bertanya. Terutama pada saat aku kelas 1 SD.
Wih ampun bukan main. Jika kupikir kembali, sifatku yang dulu sangat jauh
berbeda dengan yang sekarang. Sepertinya aku lebih pendiam. Di SD, aku sering
dipercayai menjadi ketua kelas. Suatu kehormatan bagiku. Akan tetapi setiap
tahunnya selalu saja ada permasalahan yang menyebabka aku selalu diganti oleh
orang lain pada masa jabatanku. Misalnya sakit keras, dulu aku pernah terkena
penyakit tipes yang membuatku tidak sekolah selama 2 minggu dan sempat dirawat
di rumah sakit. Faktornya karena aku kelelahan dalam aktifitas sehari-hari,
tenaga berkurang sementara asupan gizi tidak masuk. Istilah lainnya dulu
makanku itu jelek, setiap aku makan sedikit sekali. Saat aku sakit dan dirawat
di rumah sakit, rasanya itu sangant menyebalkan. Aku tidak bisa bermain,
bertemu dengan teman-temanku disekolah, dan masih banyak lainnya. Tapi aku
sempat berpikir di rumah sakit enak juga. Enak nya mungkin gara-gara makanan di
rumah sakit itu bisa dibilang nikmat-nikmat, nikmat banget deh untuk usiaku
pada saat itu. Dan saat aku makan pun jadwal nya teratur. Aku tidak perlu
datang untuk membawa makanan, semua serba diambilkan oleh suster disana. Yep,
itu hanya pemikiran sesaat. Walau bagaimanapun aku ingin sekali pulang.
Saat kelulusan kelas 6 SD,
acaranya sangat meriah sekali. Acara itu tidak bisa aku lupakan. Karena acara
itu adalah acara yang paling berkesan dalam hidupku pada waktu itu. Diakhir
acara kami saling ber-Muhasabah bersama
guru dan murid-murid se-angkatan. Pada saat itu aku tidak terlalu merasakan
kesedihan yang terlalu dalam. Alasannya mudah, masih anak kecil.
Tak kusangka aku bisa masuk ke
SMP yang bisa dibilang ‘hanya coba-coba’. Yep awalnya aku masuk ke SMP hanya
coba-coba saja, karena aku bingung mau ke SMP yang mana. Disaat aku bingung
temanku menyarankan agar aku masuk ke SMP yang ia inginkan. Aku menyetujuinya
karena ia sahabatku, jadi ketika aku bertemu dengan orang-orang baru aku tidak
terlalu malu. Karena masih ada sahabatku yang bisa aku kenal. Tiga tahun
kulalui bersama, ada canda tawa, sedih, dan perasaan lainnya. Di SMP, aku bisa
merasakan arti hidup. SMP yang masuki ini adalah SMP yang luar biasa baiknya,
mengajarkan aku agar lebih dekat dan selalu bersyukur ke Yang Maha Kuasa, Allah
SWT. Hanya saja ada kendala saat aku berada pada kelas 2 SMP, aku bermusuhan
dengan temanku hanya karena masalah sepele. Aku termasuk orang yang suka
mengolok-olok, tapi aku tidak suka diolok-olok. Ya semua orang juga begitu,
akan tetapi banyak juga orang yang diolok-olok itu sudah terbiasa menerima
olokannya dan malah ada juga yang diolok-olok itu tertawa saat ia diejek. Orang
itu bisa tetap membuat suasana hatinya tetap tenang walaupun ia diejek. Berbeda
denganku, aku tidak terbiasa dengan ejekan. Sekalinya diejek aku langsung
marah. Penyebab aku bermusuhan dengan temanku adalah aku pernah diolok sekali
oleh sahabatku itu. Dan entah mengapa, setelah aku diejek aku menjadi jijik
dengan sahabatku. Saat ia menyapaku, aku tidak membalasnya. Begitu juga saat
dia mendekatiku, aku langsung pergi begitu saja. Satu tahun berlalu dan
mendekati kelulusan SMP. Aku masih jijik dengan sahabatku itu. Akan tetapi
selalu terpikirkan olehku untuk berteman lagi dengan sahabatku. Aku berpikir
sebenarnya masalah ini datang pada diriku sendiri yang egois dan mudah marah.
Sebenarnya tinggal meminta maaf juga masalah nya beres. Hanya saja gengsi dong, aku berpikir temanku itulah
yang membuat kesalahan. Jadi jika mau ada acara maaf-maafan, harus dia dulu
yang meminta maaf. Sebenarnya aku bisa memaafkannya jikalu dia minta maaf
duluan padaku, tapi dia tidak sadar-sadar. Akhirnya aku dan temanku dipanggil
oleh guru yang bersangkutan, entah mengapa guruku bisa mengetahui
permasalahanku dengan temanku itu. Singkat cerita kami akhirnya saling
bermaafan walaupun pada akhirnya aku sendiri yang meminta maaf duluan.
Kejadian selama 1 tahun
tersebut, bermusuhan dengan sahabatku itu adalah beban yang paling berat dalam
hidupku. Akan tetapi setelah kami
bermaafan, beban itu hilang dengan sendirinya entah kemana. Kita hanya hidup di
dunia satu kali, oleh karena itu jangan sia-siakan hidupmu. Perlu kita ketahui,
di dalam Hadits pun sudah diriwayatkan. Kita hanya diberi toleransi tiga hari
dalam bermusuhan, jika dalam tiga hari kita tidak saling memaafkan maka Allah
akan memberikan dosa yang besar bagi kita. Jangan pernah menjadi orang
sepertiku, membuat sahabatku menjadi musuh. Akibat dari permusuhan itu adalah
bisa memutuskan tali silaturahmi. Dan jika tali silaturahmi putus, maka kita
dijamin akan masuk ke neraka. Semoga Allah selalu menjaga tali silaturahmi
sesama umat muslim, Amiin..
“Di saat kita sudah menemukan cahaya yang menyinari hidup
kita, jangan berhenti untuk mencari cahaya tersebut. Temukan lagi cahaya yang lebih
bersinar. Karena secerah-cerahnya cahaya jika tidak diurus dengan baik pasti
akan meredup dengan sendirinya” - FrozenAuroraXR
0 comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar, Bebas tapi Sopan ^_^